Pengaruh Berat Badan Dan Panjang Badan Lahir Meningkatkan Kejadian Stunting
DOI:
https://doi.org/10.62710/319j2192Abstract
Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi stunting di Provinsi Lampung menempati urutan keenam di Indonesia (42,6%). Prevalensi stunting berdasarkan Pemantauan Status Gizi 2016 di Kabupaten Pesawaran menempati urutan nomor empat terbanyak (35,1%). Hasil pengumpulan data mahasiswa gizi di Desa Cipadang, 12 batita stunting (34,3%). Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berat badan dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada batita. Metode: Penelitian analitik desain penelitian cross ssectional yang dilaksanakan di desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2018. Populasi adalah semua balita di tempat penelitian dengan jumlah sampel 103 orang yang diambil dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi untuk memperoleh data variabel penelitian yang dianalisis, meliputi kejadian stunting, berat badan lahir dan panjang badan lahir. Analisis data dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting 34,9%, BBLR 24,3% dan panjang lahir rendah 31,1%. Ada hubungan antara panjang badan lahir dan berat badan lahir dengan kejadian stunting batita. Simpulan: Berat badan lahir dan berat badan lahir menjadi faktor risiko peningkatan stunting. Peningkatan pemantauan pertumbuhan batita secara berkala di Posyandu dan pencegahan terjadinya BBLR perlu dilakukan untuk mencegah stunting