BUDAYA MASYARAKAT YANG MERUGIKAN KESEHATAN PADA IBU NIFAS DAN BAYI
DOI:
https://doi.org/10.62710/2xrayy77Abstract
Beragam budaya dalam masa nifas dan pengasuhan anak, banyak muncul diantaranya pada awal periode setelah melahirkan, berbagai larangan dan praktek budaya seringkali berdasarkan pada kepercayaan bahwa persalinan telah mengganggu keseimbangan tubuh seorang wanita, memprediksi dirinya untuk terkena penyakit, dan kepercayaan bahwa wanita setelah bersalin dalam kondisi kotor, serta perilaku pingitan selama 40 hari dan meminimalkan untuk melakukan aktifitas. Tujuan Penelitian Membuktikan budaya masyarakat yang merugikan kesehatan pada ibu nifas dan bayi.
Metode yang digunakan metode survey kualitatif, Jenisnya semi kualitatif dengan pendekatan observasional, Pendekatan waktu cross sectional, penelitian dilakukan tanggal 09- 29 September 2019, Populasi seluruh ibu nifas dan bayi dengan jumlah sampel 6 responden, data primer instrument yang di gunakan
pertanyaan terbuka.
Hasil karakteristik umur responden sebagian besar adalah > 30 Tahun yaitu 4 responden (67%), untuk pekerjaan responden hampir seluruhnya yaitu sebagai ibu rumah tangga yaitu 5 responden ( 83%), dari segi pendidikan hampir seuruhnya adalah SD- SMA yaitu 5 responden (83%), sedangkan berdasarkan uturan anak yang di lahirkan sebagian besar adalah anak ke ≤ 2 (67%) dan karakteristik hari nifas ke adalah seluruhnya adalah nifas ≤ 7 hari (100%).
Kesimpulan masih adanya ibu nifas yang menggunakan rebusan daun sirih untuk di gunakan cebok pada alat kelamin, memakai gurita atau stagen pada perutnya, ada yang meminum jamu tradisional untuk menghilangkan bau pada cairan yang dikeluarkan alat kelamin, dan juga mandi pagi tidak boleh terlalu siang karena dapat menimbulkan rabun. bayi masih di pakaikan gurita.